Resensi Fihi Ma Fihi
Menyelami Pola Pikir Maulana Jalaluddin Rumi,
Pengarung Samudera Kebijaksanaan
Fihi Ma Fihi merupakan salah satu karya Maulana Jalaluddin Rumi yang berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh FORUM dengan cetakan pertama bulan Januari 2014 yang sebelumnya telah disunting oleh Abd. Kholiq. Buku yang memiliki ketebalan 538 halaman dengan 71 pasal ini sebagian besar berisi jawaban dan tanggapan atas beragam pertanyaan yang diberikan kepada Maulana Rumi pada masa hidupannya.
Maulana Jalaluddin Rumi, penulis kitab Fihi Ma Fihi lahir di Kota Balkha, salah satu kota di daerah Khurasan, pada 30 September 1207 M. Ayah penulis kitab ini bernama Bahauddin Muhammad yang merupakan seorang pakar fiqih, pemberi fatwa, sekaligus guru tarekat al-Kubrawiyah dengan julukan Sultan al-Ulama. Penulis kitab Al-Majalis as-Sabah, Majmuah ar-Rasail, Diwan Syams Tabrizi, Rubaiyat, Matsnawi, dan Fihi Ma Fihi ini merupakan seorang penyenandung lagu-lagu ghazal yang meninggal pada tahun 1273 M.
Fihi Ma Fihi menceritakan kisah perjalanan hidup yang dialami oleh penulisnya, Maulana Rumi, yang menghadirkan berbagai tokoh di beberapa pasal yang telah ditulisnya. Kitab ini juga menghadirkan kisah para nabi seperti Nabi Muhammad SAW, Laila dan Majnun, serta beberapa tokoh yang begitu dekat dengan penulis seperti Amir Barwanah, Bahauddin, Khwajagi, Tajuddin Qubai, Ibnu Chavish, dan masih banyak lagi. Kitab ini umumnya berisi sejumlah pandangan Maulana Rumi yang berkaitan dengan ilmu fikih, akidah, dan ilmu lain yang terdapat dalam Al-Quran, serta nasihat-nasihat kehidupanyang erat kaitannya dengan Sang Pencipta.
Fihi Ma Fihi menawarkan banyak kejutan di setiap peristiwanya. Kitab ini menyuguhkan ayat-ayat Al-Quran beserta terjemahannya dalam setiap pasal dan pembahasan. Di samping itu, Maulana Rumi juga menambahkan hikayat, kisah para nabi, dan pembubuhan perumpamaan secara kontekstual sehingga setiap kalimat yang sulit dimaknai akan lebih mudah dipahami. Kata dalam setiap kalimat yang ditulisnya mampu membuat pembaca masuk dalam sebuah imajinasi yang detail karena kata-katanya tersusun penuh harmoni. Pada kitab ini dikenalkan jawaban-jawaban Rumi dari pertanyaan yang diberikan kepadanya dengan penjelasan yang ekuivalen dengan Al-Quran, hadis, sabda Rasulullah, dan mazhab-mazhab yang sesuai dengan pembahasan dari pertanyaan tersebut. Karya Maulana Rumi yang satu ini tidak hanya melelahkan dalam membaca, tetapi juga membuat pembaca ketagihan pada analogi-analogi yang diselinapkannya ke dalam kitab ini.
Sayangnya, kisah yang tertulis dalam Fihi Ma Fihi tidak diselesaikan dalam satu pasal, melainkan bersambung dari satu pasal ke pasal lain secara random atau tak berurutan. Dalam kitab ini juga terdapat beberapa hikayat yang tak terselesaikan sehingga akan membuat pembaca merasa digantungkan pada kisah yang hanya menampilkan beberapa potongan kisahnya saja. Dalam penerjemahan kitab Fihi Ma Fihi juga masih terdapat beberapa kata yang kekurangan huruf seperti kata mengiginkan yang seharusnya ditulis menginginkan pada halaman 256, kata pejahit yang seharusnya ditulis penjahit pada halaman 257, serta kata yang tidak baku seperti kata nasehat yang seharusnya ditulis nasihat pada halaman 257.
Terlepas dari itu semua, buku ini cocok dibaca oleh siswa sekolah menengah hingga jenjang di atasnya, khususnya para remaja Islam karena Fihi Ma Fihi juga menampilkan kisah cinta antara Laila dan Majnun yang dapat menginspirasi dunia cinta yang dialami oleh para remaja. Di samping itu, kitab yang diperciki humor-humor dari analogi Maulana Rumi juga mampu memecah keseriusan dan ketegangan sehingga pembaca, khusunya para remaja tak mudah merasa jenuh.
Author : Ulfah Nur Azizah
Komentar
Posting Komentar