Sebuah Langkah

Pernah aku bergurau pada udara yang berembus juga ombak-ombak kecil yang terus membasahi pasir.


Aku berkata, "Kelak, arusmu akan membawa langkahku pada seseorang." 

Dengan gemuruhnya, angin itu berbisik, "Apakah kau yakin? Bagaimana mungkin?" 

"Mengapa kau bertanya demikian? Tak maukah engkau mengantarkanku padanya?" tanyaku.

Dengan tenangnya, ombak-ombak kecil bertutur, "Waktulah yang akan mempertemukan  kalian. Dirimu, hatimu, perasaanmu, akan dimengerti suatu saat nanti." 

"Benarkah?"

Tentu saja. Apakah kau masih ragu? 



Gemintang masih tetap pada tempatnya,
rembulan silih berganti menunjukkan cahayanya, 
laut-laut masih membiru dengan ombaknya, 
dan kisahmu pun masih akan terus mengalir selama dunia ini masih ada.  



Kau dengannya bagaikan anak panah dengan busurnya. Bagaimana mungkin si anak panah bisa melesat jauh tanpa busur? 



Ketika kau sedang jatuh hati, dirinya akan selalu ada dalam bayangmu. 

Seperti kisah cinta Qais pada Laila serta Ali kepada Fatimah, cinta bukanlah suatu permainan yang mudah untuk dimenangkan, bukan?



Seperti cinta air kepada debu, cinta sejati akan menuntunmu pada kebaikan. Mereka akan melebur dalam satu rasa, saling menjaga, dan melangkah menuju tujuan yang sebenarnya, menggapai ridho-Nya.



Di sinilah kisah itu bermula. Ketika seseorang merasa dirinya tengah jatuh hati pada tatapan mata yang membuatnya lemah. Juga pada pertemuan yang membuatnya membisu.  


Kisah antara sepasang manusia yang selanjutnya dianalogikan sebagai sebuah kisah antara sepucuk daun dan matahari.

https://pixabay.com


Pada masa tumbuhnya, sang daun mulai mengerti untuk apa matahari diciptakan, bahwa mereka sejatinya berikatan.

Setiap hari, matahari datang dengan cahaya yang menyinarinya. Dengan senang hati Ia membantu setiap makhluk yang membutuhkan sinarnya, tanpa pilih kasih.

Sang daun yang mulai tersadar pada kehadiran sang mentari pun mulai bertanya dalam hati, "Adakah Ia menganggapku ada dalam hidupnya? Aku hanyalah sepucuk daun yang rapuh. Dan, bukankah akan lebih baik jika Ia memilih daun lain yang lebih baik dariku?"

Hari terus berganti. Hingga sang daun yang berada dalam dilema perasaannya pun tak kunjung mengerti bahwa sang mentari memang hadir untuknya. 

Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, matahari dengan cahayanya telah membantu sang daun untuk tetap bertahan melalui fotosintesisnya. 

Akhirnya, sang daun tumbuh dengan baik hingga kerapuhannya tak lagi terasa. Singkat cerita, matahari dan sang daun saling mengenal satu sama lain dan berada dalam satu ikatan yang sulit terlepas. 

Kisah antara daun dan matahari telah memberikan suatu gambaran bahwa ikatan itu ada untuk saling menguatkan. Bahwa rasa sejatinya bukanlah untuk dicari, melainkan diciptakan. 

Terakhir, untukmu, seseorang yang telah membawa pengaruh besar dalam hidup saya, terima kasih. Engkau telah menjadikan saya sebagai orang yang kuat dan lebih baik dari sebelumnya.

Sikapmu yang selalu menunjukkan ketenangan, telah menyadarkanku tentang arti sebuah kehidupan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI ASMAUL HUSNA KELAS 10 SEMESTER 1

Laporan Praktikum Kimia Percobaan A2 Penurunan Titik Beku Larutan